Al Qur'an

Pilihan terbaik demi menyusun kerangka kerja, usaha dan perbagai aplikasi.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 30 November 2017

Ilmu sebagai jalan keimanan

Allah berfirman, " dan agar orang orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa Al-qur'an adalah benar dari tuhanmu, lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepadanya. sesungguhnya allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman ke jalan yang lurus ( QS.Al-Hajj : 54 ).

Ungkapan yang menakjubkan ini menunjukan hakikat hubungan antara ilmu dan iman. Ilmu diikuti oleh iman secara langsung tanpa jeda, dan iman diikuti oleh gerakan hati yang tunduk dan khusyuk kepada Allah SWT. Demikianlah ilmu membuahkan keimanan, dan keimanan membuahkan kekhusyukan serta sikap tunduk kepada-NYA.

Al-qur'an menegaskan makna ini dalam banyak ayat yang memuat ungkapan - ungkapan yang membangkitkan pikiran dari kelalaiannya serta memerdekakan manusia dari belenggu taklid dan jumud. Ada ungkapan berbentuk pertanyaan dalam al-qur'an, seperti tidakkah kalian memikirkan? Tidakkah kalian berpikir? Tidakkah kalian perhatikan ? Tidakkah mereka memerhatikan? Tidakkah mereka berpikir? Ada juga ungkapan seperti bagi kaum yang memikirkan, bagi kaum yang mengetahui, dan bagi kaum yang berpikir.

Tidak diragukan lagi bahwa al-qur'an dengan anjuran untuk memerhatikan dan berfikir yang diulangnya dalam beberapa kali menjadi aktivitas studi dan penelitian dalam berbagai bidang sebagai sebuah keharusan bagi umat islam. Islam memerintah manusia untuk beribadah dan berfikir. Rasulullah saw. Bersabda, " mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim."

Islam menghendaki akidah yang dilandasi oleh dasar pengetahuan yang benar, bukan atas dasar taklid, perkiraan atau sikap menyerah yang buta. Oleh karena itu, Al-qur'an menanggapi klaim orang-orang musyrik tentang - tuhan mereka dengan ungkapan berikut.

"Dan mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu. Mereka hanyalah mengikuti sangkaan, dan sesungguhnya sangkaan itu tiada berguna sedikit pun terhadap kebenaran. ( Qs. An-Najm : 28 )

Al-qur'an mencela orang - orang yang mengatakan, " kami hanya mengikuti apa yang kami temukan pada orang tua kami," dengan ayat, "... Walaupun bapak-bapak mereka tidak mengerti sesuatu dan tidak mendapat petunjuk?" ( QS. Al-Baqarah : 170 )

Al-qur'an menantang orang - orang yang menganut ideologi sesat. Katakanlah, " tunjukanlah bukti kebenaran kalian jika kalian orang-orang yang benar." ( QS.Al-baqarah : 111 ). Al-qur'an juga mewajibkan pengikutnya untuk berfikir dan mencari ilmu seperti halnya mewajibkan beribadah kepada Allah mencari ridha dan ampunan-Nya.

semoga bermanfaat.

Senin, 06 November 2017

Empat Hal Ini Menghindarkan Kita Dari Maksiat


SADAR ataupun tidak, dalam keseharian kita maksiat sangatlah dekat dengan kita. Tak sedikit dari kita yang belum mampu untuk menguasai dirinya sehingga terjerumus ke dalam maksiat. Bagi sebagian orang yang menginginkan keluar dari kemaksiatan, ternyata inilah hal yang bisa membentengi diri Anda dari kemaksiatan.

Ilmu ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam membentengi maksiat. Karena semakin seseorang berilmu dan makin mengenal agungnya Rabb yang telah menciptakan dan memberikan berbagai nikmat untuknya, maka tentu ia akan semakin punya rasa takut pada Allah. Rasa takut inilah yang dapat membentengi dari maksiat.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Seorang hamba bisa menerjang yang haram karena dua sebab:

1- Suuzhon (berprasangka jelek) pada Allah. Karena seandainya seseorang mentaati dan mendahulukan perintah Allah, tentu ia hanya mau melakukan yang dihalalkan.

2- Hawa nafsunya mengalahkan sifat sabar dan menutupi akal, dalam keadaan ia tahu yang dilakukan itu haram. Padahal jika seseorang meninggalkan sesuatu karena Allah, Dia akan mengganti yang lebih baik.

Sebab yang pertama di atas disebabkan karena sedikitnya ilmu. Sedangkan yang kedua dikarenakan kurangnya akal dan bashiroh (cara pandang),” (Al Fawaid karya Ibnul Qayyim, hal. 78).

Itulah yang terjadi di saat kita mudah berbuat maksiat. Itu semua disebabkan karena kurangnya ilmu dan kurangnya akal. Karena ilmu itulah yang dapat membuat kita punya rasa takut pada Allah, sebagaimana disebutkan dalam ayat, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama,” (QS. Fathir: 28).

Para ulama berkata, “Siapa yang paling mengenal Allah, dialah yang paling takut pada Allah.”

Semakin seseorang berilmu, semakin ia memiliki rasa takut pada Allah. Rasa takut inilah yang membentengi seseorang dari maksiat. Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu dalam mengenal Rabbnya.

Seringkali pula para ulama berkata -di antaranya Asy Sya’bi-, “Orang yang berilmu, itulah yang punya rasa takut pada Allah.”

Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Cukup rasa takut pada Allah disebut ilmu dan cukup orang yang terbuai dengan karunia Allah disebut bodoh.” (Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 3: 333).

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Jika orang yang takut pada Allah adalah para ulama, lalu mereka inilah yang terpuji dalam Al Qur’an dan mereka pun tidak dicela, maka merekalah yang biasa menjalankan kewajiban,” (Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 7: 21). []

Minggu, 05 November 2017

Zaman Rasulullah ﷺ Masjid Jadi Pusat Kegiatan Negara dan Politik



Pendiri Pengajian Politik Islam (PPI), KH Cholil Ridwan mengingatkan umat Islam bahwa masjid seharusnya tidak hanya berfungsi untuk kegiatan ibadah saja. Sejatinya masjid seperti yang dicontohkan Rasulullah adalah sebagai pusat kegiatan termasuk urusan politik dan negara.

“Karena itulah kita buat Pengajian Politik Islam (PPI) yang salah satunya untuk mengembalikan fungsi masjid tersebut,” ujar Kiyai Cholil saat memberikan sambutan pada Tabligh Akbar Politik Islam (TAPI) ke-10 di Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (4/11)

PPI, lanjut Kyai Cholil, ini memiliki tujuan agar umat Islam khususnya para ulama dan tokoh umat melek politik Islam. “Dan itu kita selenggarakan di masjid, untuk menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan. Dulu Nabi tidak pernah membangun kantor, tapi seluruh kegiatan negara Madinah dalam soal ekonomi, sosial, politik bahkan militer itu di masjid,” jelasnya.

Umat Islam yang realitasnya punya perbedaan mazhab atau organisasi jangan dijadikan penghalang untuk persatuan umat. “Kita boleh berbeda mazhab, tetapi harus bersatu dalam masalah politik. Dan soal mazhab ini di luar aliran menyimpang seperti Syiah atau Ahmadiyah,” kata mantan Ketua MUI Bidang Budaya itu.

Saat ini, lanjut Kyai Cholil, untuk sementara aspirasi umat Islam bisa disalurkan kepada partai Islam dan partai yang berpihak kepada Islam. “Namun PPI sadar bahwa umat Islam butuh partai ideologis yang kaffah dan Islami,” tuturnya dihadapan ribuan jamaah yang hadir.